“Behaviour is an organism’s interaction with its environment that is characterized by detectable (movement) in space through time of some part of the organism …that result is a measurable change in the environment.”
Kunci utama suatu perilaku pasti dapat dilihat (observable/ detectable) dan diukur (measurable). Seseorang dapat dikategorikan memiliki perilaku yang baik (good behaviour) dan dapat juga dinilai memiliki perilaku yang tidak baik (bad behaviour).
Tidak dapat berkomunikasi dengan benar, tidak mengerti cara bermain dengan benar, tidak mendengarkan instruksi, atau tidak mau mengerjakan tugas, dinilai sebagai perilaku yang tidak baik (bad behaviour). Tugas seorang terapis perilaku adalah mengubah bad behaviour menjadi good behaviour. Yang dimaksud dengan good behaviour adalah dapat bermain dengan benar, dapat berkomunikasi dengan baik, mendengarkan instruksi, mengerjakan tugas, dan sebagainya. Perilaku anak-anak yang berkebutuhan khusus (ASD) cenderung memiliki bad behaviour.
Untuk mengubah bad behaviour menjadi good behaviour, reinforcement dan punishment memegang peranan penting. Bagaimana cara kita “memanfaatkan” reinforcement dan punishment tersebut?
Reinforcer adalah suatu alat, kondisi, atau moment yang dapat diberikan kepada anak agar anak dapat merasakan kebahagiaan setelah mendapatkannya. Misalnya aneka alat permainan, pujian, berbagai benda, makanan atau minuman yang dapat menyenangkan anak. Semua yang disukai oleh anak merupakan suatu reinforcement bagi anak untuk melakukan good behaviour. Kita harus memanfaatkan berbagai reinforcer ini untuk dijadikan reinforcement agar good behaviour anak dapat tercapai. Hal ini tidak mudah mengingat kemampuan anak dan terbatasnya reinforcer yang dimiliki anak. Misalnya hanya senang menonton YouTube, kesenangan membongkar alat permainan, bahkan ada anak yang sudah sangat senang hanya dengan memegang sikat gigi. Hal ini dapat kita ubah dengan cara memperkenalkan berbagai jenis permainan, pujian, dan aneka benda. Teruslah berusaha memperkenalkan aneka “kandidat” reinforcer secara terus menerus tanpa lelah dan putus asa, agar lambat laun reinforcer yang diberikan kepada anak dapat lebih bervariasi.
Mengapa anak butuh reinforcer yang banyak? Mengapa para orang tua harus berusaha semaksimal mungkin memperbanyak variasi reinforcer kepada anak? Karena dengan banyaknya variasi reinforcer akan jauh lebih mudah kita dapat membahagiakan anak serta banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan good behaviour dari anak.
Ketika harta karun reinforcer sudah ditemukan maka harta karun “punishment” otomatis dapat ditemukan.
Punishment adalah suatu keadaan dimana kebahagian anak diambil dari anak. Ketika reinforcer tidak diberikan kepada anak maka terjadilah punishment. Setiap kali anak melakukan bad behaviour maka reinforcer tidak akan diberikan (punishment sedang terjadi). Ketika anak mendapatkan punishment disitulah proses bad behaviour menjadi good behaviour terjadi.
Punishment baru berarti jika dapat merubah bad behaviour menjadi good behaviour. Contoh: jika seorang anak melakukan kesalahan yaitu melempar buku ke orang maka punishment harus dilakukan (reinforcer tidak diberikan). Pada saat reinforcer tidak diberikan anak akan merasa bingung dan bertanya-tanya mengapa reinforcer tidak tersedia. Di saat itulah kesempatan memperbaiki perilaku terjadi. Untuk mendapatkan reinforcer kembali maka anak harus melakukan good behaviour. Hal ini akan terjadi berulang kali sampai anak memahami dan merasakan setiap kali dia melakukan good behaviour dia akan mendapatkan reinforcer, sebaliknya jika dia melakukan bad behaviour maka dia tidak akan mendapatkan reinforcer (punishment terjadi).
Horeee!!! Luar biasanya reinforcement dan punishment ini. Bad behaviour dapat menjadi good behaviour jika kita memahami konsep reinforcement dan konsep punishment yang benar.